Cerpen : Aku Selalu Dengan-Mu, Tidak Akan Pernah Meninggalkanmu..

Cerpen Kiriman dari teman qta, Rachel,.
ceritanya cukup mengharukan, di awala perjanjian samapai endingnya perpisahan . .
silahkan dibaca yaa ^_^
* * *



     “Mario, apa kau akan meninggalkanku suatu saat nanti..?” , Tanya seorang adik kepada kakaknya.

    “Kenapa kau tanyakan hal itu, marina? Itu sudah pasti.. Kamu kan tau jawabannya”. Jawab sang kakak sambil memegang pundak adiknya, lalu ia duduk di rerumputan, tepatnya di halaman rumah mereka.

Mereka adalah kakak beradik. Banyak orang yang beranggapan kalau mereka adalah anak kembar, karena wajah mereka sangat mirip dan perbedaan usia mereka hanya satu tahun.

jadi..”, marina tak’ mengerti jawaban kakaknya. Mario hanya tersenyum kecil dan memandang ke arah langit luas, sambil merebahkan tubuhnya di rerumputan dan menyanggah kepalanya dengan kedua tangannya. “Aku sudah ditakdirkan menjadi kakak’mu, tentu saja aku tidak akan pernah meninggalkanmu”. Mendengar perkataan kakaknya, marina sadar dan mengerti kalau persaudaraan lebih penting dari apapun.


“Ini untuk’mu, pakailah..”, Mario memberikan kalung dengan bandul lingkaran yang menyerupai uang logam dengan lubang ditengahnya kepada marina. “Kalung ini adalah kalung~ku. Aku ingin kau memakainya. Ini adalah janjiku padamu. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku harap kau mengerti”. Marina terharu dan tak lagi bertanya tentang hal apapun, ia hanya diam dan membisu. Mario pun memeluk adiknya dengan pelukan hangat.


“Kalian sedang apa disana? Ayo masuk! Ibu sudah membuatkan makan siang”.Sang  Ibu mengintipanaknya dari jendela besar sebelah pintu masuk rumahnya. Mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Hanya ada Ibu, Mario dan Marina saja.
Ayah sudah meninggal saat Mario berusia 9 tahun dan marina 8 tahun.

Hari-hari yang dilalui keluarga kecil yang tinggal dipinggiran kota ini memang sungguh dilalui dengan kebahagiaan, walaupun kehidupan mereka yang sangat sederhana dengan Ibu yang bekerja paruh waktu, Ibu bekerja dimalam hari,sedangkan disiang hari ia disibukan dengan berbagai kegiatan rumah tangga, termasuk mengurus Mario dan marina.

    “Mario, marina.. Ibu berangkat kerja dulu ya, kalian jaga rumah baik-baik”. Kedua anak’nya mengantar sang Ibu sampai ke depan rumah, tetapi seseorang dengan berpakaian rapi, mengenakan kemeja putih dan dasi abu-abu yang dipadukan dengan jas berwarna hitam sudah menanti di pintu keluar.

T.. Thomas..?  apa yang membuat kamu datang kesini?” Ibu mempersilahkan tamu yang berdiri didepan pintu itu masuk kerumah. Mario dan marina hanya menatap tamu itu dengan wajah keheranan. “Ibu, siapa dia..?”, Tanya sang kakak kepada Ibunya yang tengah menyuguhkan minuman kepada orang berpakaian rapi itu.

“Begini, maksud kedatanganku kesini untuk mengambil kembali Mario. Aku ini ayah kandungnya. Mary, aku harap kau mengerti. Aku tau, berat bagimu untuk membesarkan mereka seorang diri”. Thomas adalah mantan suami Mary, tetapi marina adalah anak dari Mary&Bill, suaminya yang sudah meninggal.


“ka.. kakak, apa kau akan ikut bersamanya? Kau kan’ sudah berjanji padaku untuk tidak meninggalkanku.. Kak, tetaplah disini bersamaku..”, marina menggenggam erat tangan Mario seolah tak ingin melepaskan’nya. “Aku akan tetap bersamamu, Marina. Tuan, ayah saya sudah meninggal saya tidak akan ikut bersamamu!! Aku akan tetap disini..!!”, mendengar perkataan itu, Thomas marah dan membawa Mario dengan paksa. “Lepassssssssskann akuuuuuuuu…

“Thomas, lepaskan dia.. Dia anak’ku..”, Ibu terus berusaha untuk menahan Mario yang berada dipelukannya. “Dia juga anak’ku.. kau sudah sekian lama bersamanya, sedangkan aku sudah sekian lama berpisah dengannya. Dia anak’ku.. Aku berhak memberikan penghidupan yang layak untuknya! Jadi lepaskan dia.. Biarkan aku yang mengurusnya!”, Mario berhasil dibawa secara paksa oleh Thomas.

Kakakkkkkkk…….

“Marinaaaaaa….” Akhirnya kakak dan adik itu harus dipisahkan dengan kenyataan bahwa mereka adalah kakak beradik berbeda ayah.

* * *
Delapan tahun pun berlalu. Mario dibesarkan oleh Thomas dan diberikan penghidupan yang layak. Thomas membuat Mario melupakan segalanya tentang masa lalunya. Thomas juga merubah nama Mario menjadi ‘Rio’ supaya marina dan Ibunya tidak mengenalinya. Rio dididik secara keras, sehingga ia menjadi sosok yang dingin, tidak ramah dan cuek.

Sedangkan adiknya, Marina hanya dibesarkan dikeluarga sederhana. Ibunya tidak lagi bekerja karena sakit keras yang dia alami. Hal itu yang membuat marina harus bekerja sambilan menjadi sebuah pelayan di café milik temannya.

“Hana, kamu kesini lagi..”, sapa marina kepada hama si pemilik café. “Aku ngak sendiri loh.. aku membawa seseorang”, hanna memamerkan seorang cowo berperawakan tinggi dan berbadan kurus serta memakai kacamata tebal kepada marina.  “Marina, kenalin.. ini Drew, pacar baru aku..”, hanna memperkenalkan pacar barunya kepada temannya, marina.

“Hallo,  aku drew”, sambut drew dengan tangan kanan menjulur.  “Aku marina, slam kenal..”, marina menyambut tangan drew. Mereka mulai mengakrab’kan diri dan mulai mengobrol satu dengan yang lainnya. Hanna merasa kalau pacar barunya lebih akrab dengan marina, sedangkan kalau bersamanya hanya bicara sepatah – dua patah kata saja. Marina dan drew asyik mengobrol, sehingga tak menghiraukan hanna yang pulang dengan kesal.


“Ih… B.E.T.E.. betee… bête.. nyebelin banget sih.. aku yang ngenalin drew ke marina ehh.. malah aku yang dicuek’in. Sok asyik sendiri sih mereka..! uuh..”, hanna yang tiba dirumahnya langsung membanting pintu rumahnya untuk melampiaskan kekesalannya. “BERISIKKKKKKKKKKKK…. Bisa diem ngak- lo!!”, teriak seseorang dari dalam kamar itu dan langsung menghanpiri hanna dengan langkah seperti orang mabuk.


Kak.. kak angga.. kenapa sih kakak masih pakai Obat terlarang itu? Kak, Narkoba itu dapat merusak syaraf di otak kakak..”,hanna menatap kakak’nya sambil menangis. Ia sadar, kalau narkoba adalah pelarian kakak’nya. Angga mengenal narkoba sejak 5tahun lalu, saat dirinya tau bahwa ia yang menyebabkan kedua orang tuanya meninggal, ia stress berat dan memakai Narkoba. “Minggir..! lo itu masih kecill.. Ngak tau apa-apa.. jadi pergi sana!!”, angga yang sempoyongan itu terjatuh dan tertidur di depan pintu masuk rumahnya. Hana yang kala itu menangis, mulai megnhapus air matanya dan membopong kakak’nya menuju kamar kakak’nya.

* * *

Hari baru sudah dimulai.. Kicauan burung dan gesekan dedaunan yang ditiupkan oleh angin membuat sejuknya pagi hari mengantar kedatangan matahari dari ufuk timur. “Hanna, kamu marah ya..?”,Tanya marina dengan halus pada teman sebangkunya. “Nggak kok, nggak marah!”, jawab hanna dengan nada ketus. Setelah mereka mengobrol, dan lumayan agak lama, Pak guru  datang memasuki ruang kelas untuk memulai pelajaran, Guru itu memperkenalkan seseorang kepada para siswa,“Ayo, perkenalkan dirimu..”.

Para siswi terkesima dengan ketampanan si-anak baru itu. “Nama saya Rio. ”,  Ada yang berkata,”ihhh… gantengg banget.. pindahan dari mana tuh?”. Ada juga yang bilang,”Keren.. cool abiss..”. Pak Guru menyuruh anak baru itu duduk di bangku kosong di sebelah marina&hanna, dan membuat semua orang ‘jealous’ dengan marina.
Seluruh anak perempuan dikelas itu membicarakan anak pindahan itu sampai bel istirahat.

 Saat iastirahat, si anak baru itu kebingungan mencari letak kantin sekolah.  “Kamu kenapa? Dari tadi mondar~mandir melulu? Nggak ke kantin?”, anak itu hanya terdiam dan melihat marina dengan sinis, lalu pergi begitu saja.

 Saat bel pulang, si anak baru itu tidak langsung pulang, ia mengunjungi ruang UKS “Permisi, ugh.. aku ingin meminta o..obat”. dengan nafas yang terenggah-enggah dan tangannya memegang dada sebelah kiri.

“Kamu kenapa? Apa yang sakit..?!”, marina adalah salah satu petugas UKS yang pulang agak lama, karena hari ini adalah hari liburnya dari pekerjaannya sebagai pelayan di café milik hanna. “Argh.. to..tolong.. berikan aku obat.. obat apa saja yang bisa meredam rasa sakit, cepat.. ugh..”, rio berusaha untuk menahan rasa sakitnya.

“i..ini..”, setelah diberikan obat itu, Rio langsung menelannya tanpa air. “Kamu sakit apa? Sini biar aku’ periksa keadaanmu”, marina langsung membuka seragam Rio untuk memerikasanya, Rio tak’kuasa untuk mencegahnya. Marina melihat sebuah alat terpasang di dada sebelah kiri Rio.  “i..ini alat a..apa?? Apa penyakit kamu sebenarnya?”, Tanya marina pada orang itu dengan mengerutkan kedua alisnya.


“Lepaskan..!! sekarang sudah lebih baik! Aku pergi dulu..!!”, marina membiarkan air matanya terjatuh. Ia menyadari kalau sebenarnya sifat Rio yang dingin itu karena Rio tidak mau kalau penyakitnya diketahui oleh orang lain.

Hari mulai sore, marina bersiap untuk pulang kerumah.  Saat akan melangkahkan kaki untuk keluar dari pintu gerbang sekolah, seseorang dengan motor ninja-red menantinya didepan gerbang dengan tanpang jutek. “Kenapa lama sekali sih..? Apa yang kamu lakukan disana?”, Tanya orang yang duduk diatas motornya sambil mengenakan helm.

 “Rio? Kamu belum pulang..?”, Rio menunggu marina karena ia tidak mau kalau rahasia tentang penyakitnya itu diketahui oleh orang lain. Rio mengantar marina pulang, rumah marina sudah berbeda dengan yang dulu. Sekarang marina dan Ibunya menyewa sebuah rumah kecil di pinggir jalan yang dijadikan tempat usaha.“Thanks yah.. Sudah cepat sana pulang..! udah sore nih..!!”

“Udah dianterin ampe rumah,, eh.. sekarang ngusir. Heh anak jelek, aku sebenarnya tidak ingin berbaik hati padamu.. Karena rahasia besarku soal penyakit jantung’ ku ini sudah ketauan olehmu, aku ngak mau kalau sampai orang lain mengetahuinya juga!”, Rio langsung menegaskan semuanya. Marina  hanya mengangguk setuju dan masuk ke dalam rumahnya.

“Tadi itu siapa? Teman’mu kan? Kenapa tidak disuruh masuk duli, marina?”, Sang Ibu duduk bersandar di kursi sambil menangguk obatyang harus ia minum secara rutin. “Dia itu jahat, Bu.. Jutek, judesh, sinis, dingin! Mana boleh dia masuk ke dalam rumah kita yang  begitu hangat ini..?”, Ibu hanya tersenyum kecil menatapi marina yang membuka pintu kamarnya dan masuk kedalamnya.

Selama satu minggu belakangan ini,setiap pagi  Rio selalu stand by di depan rumah  marina untuk berbaik hati padanya, Rio mengantar marina setiap hari, karena marina mengancam akan memberitahu kepada orang lain soal penyakit Rio.

Uwah… Gawatttt.. Kesiangannnn….”, dengan Grasak – Grusuk, marina mempersiapkan segala kebutuhan sekolahnya dan berpamitan pada Ibunda~tercintanya dan berangkat sekolah.

“Kesiangan yah..? Payah.. padahal aku sudah sejak pagi disini. Kalau tau begini tadi sarapan dulu.. huh.. udara disini dingin sekali..”,marina heran melihat Rio yang masih saja setia antar~jemput ia sekolah. “Cepett jalan.. nanti terlambat!!”, Rio langsung menjalankan perintah marina dan menuju sekolah. Akan tetapi, mereka terjebak macet dan terlambat. Akhirnya mereka berdua dihukum untuk mengepel seluruh teras kelas.

Heh.. jelek.. Kalau saja kau tidak kesiangan, kita ngak akan dihukum seperti ini.. Ini semua gara-gara kamu! Sebaiknya kamu saja yang bersihkan semua ini..!”, Rio melalaikan tugasnya dan kabur.  “Salahmu sendiri menjemputku.. Kan aku sudah bilang cukup satu minggu saja! Lagian aku ini bisa jaga rahasia..”, mereka saling ledek dan saling melempar kain pel. Pada akhirnya marina terjatuh. “a.. aduuh..”, Rio dengan cemberut mengulurkan tangannya kepada marina.

Ka.. kalung apa itu..?! bentuknya aneh sekali?”, saat ditanya seperti itu, raut wajah marina berubah dari kesal menjadi sedih. Ia teringat dengan kakak’nya Mario yang sudah lama berpisah dengannya. “a..au..  kenapa ini? Kepalaku sakit sekali..”, kali ini Rio memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Ia merasa sangat pusing dan pingsan. Marina membawanya ke UKS dan menunggunya sadar dengan wajah yang gelisah dan panic.


Semua orang sudah pulang, marina meminta izin untuk tidak masuk kerja hari ini. Hanna pun mengerti. Ia pulang kerumahnya dan didapatinya kakaknya sedang menengguk minum-minuman keras dan mabuk berat.

kak angga, aku sayang sama kakak.. kenapa kakak terus-terusan seperti ini?”, hanna memeluk kakak’nya yang sedang mabuk berat itu. “Brengsek!! Heh..anak kecil, tau apa kamu..?”, angga mendorong hanna sampai terjatuh. Ia pun langsung lari keluar rumah sambil menengguk minuman keras dari botol yg ia bawa dan mengambil balok kayu yang ada di halaman rumahnya.

Ditempat lain, Rio tersadar dari pingsannya. Ia tak ingat dengan apa yang terjadi. Ia mengantar marina pulang, akan tetapi ditengah jalan ia menemui orang mabuk yang menghalangi jalannya, tak sengaja, Rio menabrak orang mabuk itu.

Brengsek.. eh, turun lo!! “, karena orang mabuk itu menodongkan balok kayu, rio dan marina turun dari motor besar itu. “kamu kakak’nya hanna kan? Namamu angga?”, marina ternyata mengenal orang itu.

Siapa lo? Oh.. jadi elo yg udah ngebunuh orang tua gue..?”, angga melotot tajam ke arah marina dan memukulnya dengan botol minuman keras sampai botol itu pecah dan mengenai kepala marina. “ma.. marina.. eh kurang ajar lo! Beraninya Cuma sama cewe, ayo.. lawan gue..”, Rio spontan membela marina. Marina hanya kesakitan dan tersungkur dengan kepala bersimbah darah.  Angga yang ketakutan melayangkan balok kayu dari genggamannya ke arah Rio.  “Rio awas…   AARGHHHHHHHHHHH…”, marina mencoba melindungi rio dan membiarkan kepala bagian belakangnya terkena pukulan benda tumpul itu.

“ma..marina.. ngapain kamu melindungi aku?  Seharusnya aku yang menerima pukulan keras itu..?”, angga yang takut kalau kejadian itu diketahui oleh warga sekitar, langsung meninggalkan TKP.   “lebih baik aku dari pada kamu, Rio”.Marina pun tak sadarkan diri. Ia dibawa oleh Rio ke rumah sakit terdekat.

“Do.. Dokter, tolong selamatkan dia…”, Rio mengantar marina sampai ke ruang UGD. “Maaf, anda tidak boleh masuk, silahkan tunggu diluar! Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk kesembuhannya”. Dokter dan suster itu masuk kedalam UGD untuk menangani marina.

Kenapa seperti ini.. kenapa bukan aku saja.. kenapa harus marina. Tuhan, seharusnya aku yang ada disana.. aku harus memakai alat pemicu jantung untuk tetap hidup. Marina .. kenapa kamu harus menyelamatkan aku..? Aku ini bukan siapa-siapa kamu.. kenapa kamu rela sampai menyerahkan nyawa kamu hanya untuk melindungi orang ngak berguna seperti aku ini.. ini semua ngak adil…”, rio merasakan rasa sakitnya kambuh lagi.. kali ini ia merasa sedikit lebih pusing.

“A.. au.. kepalaku..”, Rio melihat sosok anak kecil yang mirip sekali dengan marina dalam serpihan ingatan masa lalunya. “Mario, apa kau akan meninggalkanku suatu saat nanti..?” . Mario juga melihat sosok anak kecil yang menyerupai dirinya ,“Kalung ini adalah kalung~ku. Aku ingin kau memakainya. Ini adalah janjiku padamu. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku harap kau mengerti”.

Angga yang ketakutan berusaha untuk melarikan diri dan bersembunyi. Ia masuk ke dalam rumahnya dan mengkonsumsi shabu dan narkotika untuk menenangkan dirinya, tetapi kali ini dosis yang ia konsumsi sangat banyak.


ha..ha..ha….  Ada orang yang terluka.. haha.. mungkin dia sudah mati..”, hanna yang mendengar perkataan kakak’nya langsung menjuju kamar kakak’nya. “Siapa yang mati kak..? Apa kakak membunuhnya? Kakak ini sungguh keterlaluan!! Cepat katakan padaku dimana orang itu..” hanna melihat dari mulut kakak’nya keluar busa putih.


kak.. kakak.. kakak’ kenapa?? Astaga.. Tolonggg…. Tolongg…”, spontan hanna meminta pertolongan kepada warga sekitar dan membawa kakaknya ke RS. Saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, Angga sudah tidak dapat diselamatkan.  Ia meninggal. Hanna yang kala itu berada di Rumah sakit, melihat seseorang berpakaian putih abu-abu yang duduk di sudut lorong didepan salah satu ruang perawatan intensive. Orang itu adalah Rio. Hanna mendekatinya untuk meminta maaf atas kesalahan kakak’nya. “Rio.. bagaimana keadaan marina?”, hanna menghampirinya.

Dia belum sadar.  Marina itu adalah adik aku.  Walaupun ayah kami berbeda, tetapi dia adalah adik aku. Pendarahan yang ada dikepalanya cukup banyak, lukanya juga sangat serius. Dia diserang tepat dibagian Otak kecil, dan kemungkinan untuk sadar tuh kecil banget.. Seharusnya aku yang ada disana, bukan dia..”,  Rio tak kuasa untuk membendung kesedihannya. Ia terus menangisi keadaan adiknya.

“Rio, maafin kakak aku, karena dia marina jadi seperti ini. Aku tau memang aku ngak pantes bilang ini ke kamu, tapi seenggaknya aku ingin mengurangi beban perasaan bersalahku”. Keduanya menangis dalam jangka waktu yang cukup lama. Jam dinding di rumah sakit itu sudah menunjukkan pukul 21:00. Rio dan hanna masih terdiam kaku dengan isak tangis.

“Rio, kayaknya aku harus pulang” hanna berpamitan untuk pulang dan mempersiapkan upacara pemakaman untuk kakak’nya yang tewas akibat over dosis. “Mau kuantar..?”, Tanya rio. Tetapi hanna hanya menggelengkan kepala tanda tak mau.

Sudah seminggu ini marina tidak sadarkan diri. “Hei anak malas, sudah pagi.. ayo bangun!”, rio menyapa marina yang belum sadarkan diri sambil membuka jendela untuk sirkukasi udara. Rio menatap mata adiknya yang masih terpejam dengan matanya yang sumbab.

“Jangan sentuh dia!!”, seseorang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar perawatan. “i.. ibu. Maaf, akibat menyelamatkanku marina jadi seperti ini.. maafkan aku.. “, Rio memeluk wanita itu. PLAK… sebuah tamparan keras dari ibu marina kepada Rio. “Seharusnya kamu yang ada di Ranjang itu.. Seharusnya kamu yang terluka.. Seharusnya kamu,  bukan anak saya..  marina itu satu-satunya anak saya.  Kamu sampai hati membuatnya seperti ini?! Memangnya dengan meminta maaf kamu bisa apa..?”, mendengar perkataan ibunya, Rio langsung menyerahkan diri dan sujud di hadapan ibunya.

 “Maaf, Mario yang salah Bu. Seharusnya Mario yang terluka bukan marina.. Mario rela menyerahkan nyawa Mario untu nya. Mario sayang, Bu sama Marina. Maskipun ayah kami berbeda, kami punya ibu yang sama. Mario juga sudah berjanji pada marina untuk tidak meninggalkannya. Tetapi marina malah menyelamatkanku. Ibu.. aku memang tidak pantas jadi anak’mu..”, sang ibu terkejut, ia mengangkat Mario dan menyuruhnya berdiri.

“Mario, apa kau tau.. setiap hari marina terus merindukanmu.. Dia selelu menyebut namamu didalam doanya..  dia sangat ingin bertemu dengan’mu, begitu pula dengan ibu. Sekarang Ibu dapat melihatmu lagi.. sudah lama sekali nak, maaf kalau Ibu tidak mengenalimu. Kalau ibu ada di posisi marina, ibu juga akan melakukan hal yang sama.. Ibu pasti akan menyelamatkan’mu”, sang ibu memeluk Mario dengan erat seakan tak mau melepaskannya lagi. “I..ibu……”, keduanya menangis melepas rindu dan berbagi kesedihan.

“ugh..”, jantung Rio yang lemah kembali merasa sakit, akan tetapi ia mencoba menahan rasa sakitnya supaya Ibunya tidak mengetahuinya. “Mario, kamu kenapa nak? Sakit..? Lebih baik kamu pulang saja, biarkan Ibu yang menjaga marina disini. Mungkin kau lelah, jadi perlu istirahat”, bujuk sang Ibu.

 “enggak usah, Bu! Mana mungkin aku bersantai-santai sedangkan marina bergulat dengan maut. Aku enggak mau.. a..aku..  ugh.. sakit..”, nafas Rio kembali terengah-engah, Ibu memeriksa keadaannya dan menemukan alat pemicu jantung yang terpasang di dada sebelah kiri anaknya itu. “ini alat apa, Mario?”, karena tak bisa mengelak lagi, Mario menceritakan hal yang sebenarnya pada Ibunya. Ibunya kembali bersedih melihat penderitaan kedua anaknya yang sedang bergulat dengan maut.

Ma.. Mario..”, seseorang berbicara pelan sekali, arah datangnya suara itu dari ranjang marina. Sang Ibu memanggil dokter dan Mario menghampiri adiknya itu. “Ma.. Marina, aku disini… aku Mario kakak kamu. Aku sudah berjanji’kan untuk tidak akan meninggalkanmu” marina pun tersenyum dan membalas perkataan kakak’nya.  “Mario, maaf.. sepertinya aku yang akan meninggalkanmu. Aku akan pergi.. jauh.. waktuku sudah tidak banyak lagi Mario.. “, Mario menitikkan air mata kesedihan mendengar perkataan adiknya itu.

Nggak boleh..!! kita sudah janji kan marina? Aku saja masih ingin bertahan hidup dengan jantung yang lemah dan alat pemicu jantung untuk tetap hidup.. kamu juga harus bertahan aku percaya kamu bisa melewati ini.. Marina, jangan tinggalkan aku..”,Mario menggenggam erat tangan marina seakan tak ingin melepaskannya.  “Kalau aku pergi, kamu boleh mengambil jantungku. Sejak kecil, aku belum pernah melihatmu berlari.. pasti kau tidak bisa melakukannya kan Mario? Itu semua karena jantungmu lemah..”

“Diam..!! kau ini bicara apa? Aku tidak butuh jantungmu! Aku dapat  bertahan sampai sekarang dengan alat ini”, Mario menunjukkan alat pemicu jantungnya kepada marina. “Mario, kalau jantungku ada padamu, aku akan selalu denganmu dan tidak akan pernah meninggalkanmu”. Sesudah mengucapkan kalimat terakhirnya, marina pergi dan tak-kan kembali lagi. Mario terus menangisi kepergian adiknya itu. Dokter dan Ibu hanya meratapi raga marina yang sudah pucat dengan senyuman manis yang mengiringi kepergiannya.

“kau sudah dengar kan Mario?”, bisik ibu disertai dengan pelukan hangat sang Ibu. “iya aku sudah mendengar permintaan terakhirnya untuk memberikan jantungnya untuk’ku. Tapi aku tidak bisa menerimanya, Bu.. Aku tidak menginginkannya..”, Mario berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan ibunya. “Mario.. dia ingin selalu denganmu..”.

“Tidak bisa.. aku tidak bisa menerimanya, walau Ibu tetap memaksa`ku untuk melakukan Operasi Pencangkokan jantung aku tetap tidak mau. Alasanku untuk tetap bertahan hidup adalah aku ingin mengingat masa lalu’ku. Sekarang, aku sudah mengingat semuanya.. orang yang aku sayangi sudah pergi jauh dan aku tidak dapat mejangkaunya lagi.. jadi untuk apa aku hidup, bu..? untuk apa aku ada disini?! Aku sudah berjanji untuk tidak meninggalkannya, tetapi dia.. dia..”, Mario tersungkur dan jatuh di lantai. “Mario.. bangun nak.. Ibu tak ingin kehilangan mu.. Ibu sudah kehilangan Marina, apakah kau akan meninggalkan Ibu juga? Mario.. “.Ibu terus memeluk anaknya yang tergeletak dilantai.

Mario sangat lemah dan tidak berdaya hingga harus dirawat di rumah sakit itu. Ia tidak sadarkan diri hampir dua hari lamanya. Dokter menganjurkan supaya operasi cepat dilaksanakan. Dipagi hari yang berembun dan disertai dengan rintik hujan, Mario berusaha untuk membuka matanya, dan ia sadar. “I..ibu..”,katanya.

“Mario, nak.. kamu sudah sadar, ibu akan penggilkan dokter dan perawat untuk mengecek keadaanmu”, tetapi Mario memegang tangan Ibunya dan berkata, “setiap hari dia merindukanku.. Dia selalu menyebut namaku di dalam doanya. Dia ingin aku ada disana untuk menemaninya..

Ibu, kalau aku pergi nanti, ibu tidak usah menangis.. aku dan marina tidak akan bahagia disana kalau melihat ibu yang menangis dan tidak merelakan kepergian ku. Biarkan aku pergi bersamanya, bu..  Izinkan aku menemaninya dalam kesendiriannya.. Relakan aku,  jangan tangisi kepergianku.. Aku senang sekali bisa melihat wajah ibu lagi setelah sekian lamanya kita terpisah. Ibu, aku sayang sekali sama ibu..


Sesudah  itu, mario hanya membisu.. ia mencoba tersenyum kepada ibunya yang menangis itu. Ia pun pergi dengan senyuman manis. Mario menepati janjinya untuk tetap bersama dengan Marina dan tidak meninggalkannya. Ibu berusaha untuk merelakan kepergian anaknya, tetapi tangis sang Ibu tetap mengantarkan kepergian mario. Thomas, ayah mario juga hadir dalam upaca pemakaman anaknya.

“Aku ada disini untukmu..   Aku bertahan hanya untukmu..

Aku  menahan rasa sakit dan tetap hidup sampai sekarang ini demi bertemu denganmu..

Kini kau pergi jauh..  Aku pun tak dapat meraihmu..

Ingin aku menggenggam tenganmu..  Tak ingin ku melepasmu
Hanyalah janji semata yang mengingatkanku padamu
Mengingatkanku pada kenangan masa lalu..

Dengarkanlah  seruanku..  Aku ingin selalu bersamamu..  Aku tidak akan pernah meninggalkanmu..

Itulah janjiku padamu.. Selamanya hanya denganmu..
* * *


~Mungkin seorang teman atau sahabat belum tentu ada di saat kita membutuhkannya. Tetapi, seorang saudara akan mengasihimu dengan tulus.  Seorang saudara pastilah menginginkan yang terbaik untuk saudaranya.  Kasih dan tali persaudaraan lebih erat dari apapun,  bahkan rela menyerahkan nyawanya untuk saudara yang ia kasihi.



Share:

1 komentar

Teman